Mengapa Kebahagiaan Itu Menular Dan Cara Menyebarkannya
Mengapa Kebahagiaan Itu Menular Dan Cara Menyebarkannya – Senyuman adalah cerminan hati yang bahagia. Di tengah situasi sulit akibat pandemi, berusahalah untuk selalu tersenyum dan menebar kebahagiaan kepada orang-orang di sekitar.
Rabu (10 Oktober 2012), ratusan warga memberikan semangat kepada warga untuk tersenyum sambil melepas balon dalam kampanye Ayo Tersenyum yang diselenggarakan oleh Ikatan Psikologi Indonesia di Hotel Indonesia Rotary, Jakarta. Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, salah satu cara mencegah depresi adalah dengan gerakan tersenyum.
Mengapa Kebahagiaan Itu Menular Dan Cara Menyebarkannya
Pandemi virus corona telah berlangsung di Indonesia selama lebih dari tujuh bulan, dan belum jelas kapan situasi buruk ini akan berakhir. Terlepas dari status ekonomi, pendidikan atau pekerjaan, semua orang merasa lelah, stres dan tertekan akibat situasi yang tidak menentu ini.
Humas Karantina Palu
Kecemasan dan kekhawatiran seringkali tanpa disadari kita sebarkan melalui berita dan informasi dari berbagai media dan interaksi kita sehari-hari. Faktanya, alih-alih berbagi kesedihan, kita bisa menebar kebahagiaan melalui senyuman.
Senyuman adalah ekspresi emosi dari hati yang bahagia. Namun, “walaupun Anda tidak bahagia, Anda dapat memanipulasi ekspresi wajah Anda, seperti tetap tersenyum, untuk membuat diri Anda bahagia,” kata Nida, peneliti ekspresi emosi dan dosen psikologi. Jumat (Jumat) di Universitas Katja Mada Yogyakarta. 10 Februari 2020).
Hari Senyum Sedunia diperingati pada hari Jumat pertama bulan Oktober setiap bulannya. Perayaan tahun 2020 ini diadakan pada Jumat lalu.
Peringatan Hari Senyum Sedunia dimulai pada tahun 1999 dan diprakarsai oleh seniman Amerika Harley Ball yang menciptakan simbol bulat kuning dengan bibir tersenyum yang masih menjadi emoji populer hingga saat ini. Di masa-masa sulit yang dihadapi dunia saat ini, senyuman bisa sangat berarti bagi kesehatan kita sendiri dan orang lain.
Merawat Kesehatan Mental Di Masa Pandemi Ala Stoikisme
Hingga saat ini, ekspresi wajah dianggap mencerminkan perasaan. Namun, ketika senyuman dimanipulasi untuk menciptakan kebahagiaan, ekspresi wajah akan muncul terlebih dahulu untuk membangkitkan emosi.
Tulisan dan foto tenaga medis yang mengenakan pakaian pelindung saat melakukan tes cepat Covid-19 di gedung Dewan Pers, Jakarta, Minggu (28 Juni 2020).
Tawfiq Basiak, Direktur Pusat Penelitian Otak dan Perilaku Sosial Universitas Sam Ratulangi Manado, mengatakan senyuman yang nyata atau yang dirasakan merupakan gabungan dari tiga sistem fisiologis: ekspresi wajah, sistem sendi atau pusat pengaturan emosi yang tercipta dari kombinasi tersebut. . Pusat kendali otot di dalam dan di dalam otak.
Ekspresi wajah saat tersenyum tidak hanya ditentukan oleh gerakan bibir, hidung, dan tulang pipi, tetapi juga yang terpenting, oleh gerakan otot-otot di sekitar mata.
Pdf) Kebahagiaan Dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Kecenderungan Ketakutan Akan Kehilangan Momen
Otot orbicularis okuli. Otot ini hanya bergerak dan berkedip ketika seseorang tertawa terbahak-bahak.
Jika mulut seseorang tersenyum tetapi matanya normal atau berkaca-kaca, itu adalah senyuman palsu. “Otot orbicularis oculi yang bergerak saat kita tersenyum tidak bisa kita kendalikan. Namun, tarikan sudut bibir ke atas dan naiknya tulang pipi saat kita tersenyum bisa kita kendalikan,” ujarnya. Jadi meski mulut dan hidung Anda tertutup masker, Anda bisa membagikan senyuman hangat Anda melalui ekspresi mata Anda.
Nida menambahkan, saat Anda tersenyum, otot zygomaticus mayor yang mengatur ekspresi wajah akan menarik sudut bibir ke atas. Gaya gravitasi ini melebarkan pembuluh darah sehingga meningkatkan penyerapan oksigen dalam tubuh, termasuk otak. Pasokan oksigen yang optimal ke otak menurunkan suhu otak sehingga menciptakan rasa nyaman dan sejahtera.
Kegembiraan ini meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Inilah kondisi tubuh yang paling membutuhkan perlindungan terhadap virus penyebab Covid-19. Jadi, Anda tidak perlu menunggu sampai Anda tersenyum, tapi Anda bisa memanipulasi senyum Anda untuk membuat diri Anda lebih bahagia.
Altruisme, Apa Manfaatnya Buat Hidupmu?
Petani Bali yang puluhan tahun tinggal di Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah, masih tersenyum saat memanen singkong meski harganya turun hingga Rp 1.500 per kilo. Desa Batu Nindan, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah, Minggu (20/9/2020)). Singkong dibudidayakan tanpa membakar lahan.
Senyuman kita tidak hanya berlaku pada diri kita sendiri tetapi juga pada orang-orang di sekitar kita. Seperti emosi negatif, emosi positif juga bisa menular. Namun, kekuatan menular dari sebuah senyuman lebih kuat daripada kesedihan dari sebuah kerutan. Selain itu, mengerutkan kening membutuhkan lebih banyak dukungan otot dan lebih melelahkan dibandingkan tersenyum.
Menurut Tawfiq, senyuman dan banyak perilaku lainnya ditularkan karena otak manusia memiliki neuron cermin. Saat seseorang tersenyum, neuron cermin menyala. Neuron cermin orang yang melihat senyuman segera berbaris hingga orang tersebut juga tersenyum.
Saat orang lain tersenyum, biasanya kita otomatis tersenyum, meski mereka tidak mengetahuinya, kita tidak tahu apakah senyumannya ditujukan kepada kita. Dari senyuman itu aku merasakan persahabatan, kedamaian dan kebahagiaan. Dalam hal ini, orang yang mudah tertawa adalah orang yang mudah bergaul.
Efek Positif Senyum Bagi Kesehatan Mental: Peran Ekspresi Wajah Dalam Kebahagiaan
Di Indonesia, senyuman dianggap sebagai tanda persahabatan. Namun, di budaya lain, tersenyum bisa dianggap tidak sopan. Bukan berarti seseorang yang jarang tersenyum itu tidak ramah, namun di budaya lain ukuran keramahan mungkin berasal dari komunikasi verbal seperti sapaan.
“Ekspresi kebahagiaan tidak selalu ditunjukkan dengan senyuman,” tambah Tawfiq. Selain ekspresi verbal, kebahagiaan juga dapat diungkapkan secara verbal melalui ekspresi wajah selain senyuman, tekanan suara, dan bahasa tubuh.
Tawfiq melanjutkan, sulit mengendalikan tawa dan tawa. Bisa juga dialami oleh pasien stroke yang mengalami kerusakan pada otak bagian tengah. Demikian pula, orang mengalami kerusakan pada sistem saraf ekstrapiramidal, menyebabkan mereka tertawa tanpa sadar pada situasi yang sangat lucu dan sulit untuk berhenti.
Selain masalah senyum akibat sakit, sering kali orang menghadapi senyuman palsu dalam kesehariannya. Faktanya, tersenyum tidak selalu menunjukkan kepuasan atau kebahagiaan. Sebagai makhluk sosial, manusia diharapkan bisa bersahabat dengan sesamanya, meski dalam keadaan malu, sedih, atau takut. Beberapa tidak punya pilihan selain tertawa karena lingkungan kerja.
Penyakit Malaria Dan Cara Pencegahannya
“Pada tingkat yang berbeda-beda, baik senyuman asli maupun palsu mempengaruhi tubuh. Namun senyuman atau senyuman tidak menyebabkan penyakit.”
Masyarakat harus dibiasakan kembali tersenyum dan tertawa spontan karena manfaat tersenyum dan tertawa di masa pandemi ini. Melihat atau membaca sesuatu yang membuat tertawa memicu ekspresi kegembiraan yang meningkatkan ketahanan fisik. Anda juga bisa melakukan yoga tertawa. Atau, seperti yang diajarkan banyak tokoh spiritual, kerutkan bibir Anda seperti sedang tersenyum dan bernapaslah dalam-dalam.
“Jangan takut untuk tertawa bebas,” kata Tawfiq. Tidak perlu menutup wajah atau mulut saat tersenyum atau tertawa, karena senyuman hangat dan tawa bebas merupakan tanda kesehatan mental yang baik. Jangan ragu untuk menertawakan hal-hal yang patut ditertawakan. Semakin Anda menahan diri, semakin besar kerusakan yang Anda timbulkan pada mekanisme tersenyum dan tertawa di otak Anda.
Jika agama mengajarkan bahwa tersenyum adalah amal dan ibadah, maka selalulah tersenyum apapun kesulitan atau tekanan yang Anda hadapi. Berbagi senyuman dapat membantu mengatasi stres di masa pandemi ini.